Sunday, December 13, 2009

jangan jadi petani

menjalani rutinitas sebagai petani bagi sebagian besar orang desa adalah suatu siklus hidup yang tak akan berhenti. tentu saja selama sawah-sawah mereka belum sampai dijual untuk dijadikan kompleks perumahan. senyum ramah, canda terkadang juga diselingi tawa muncul dari wwajah orang-orang yang menghasilkan makanan pokok bagi negeri ini.
pagi yang sejuk lambat laun berganti dengan siang yang panas. membantu memanen bulir-bulir pada dari sawah, dengan imbalan berupa beberapa ikat jerami harus dilakukan. ini mungkin menjadi salah satu kegiatan wajib bagi para peternak sapi. sapi pasti senang melihat tumpukan jerami segar.
di sela-sela proses pemanenan padi itu datang seorang anak kecil, kira-kira kelas 3 sd. salah seorang dari petani itu berkata "pagi-pagi sudah datang ke sawah, apa tidak ke sekolah?". setelah mendengar jawaban dari sang anak ia bertanya lagi,"belajar yang rajin, jangan jadi petani, jadi petani itu sengsara".

mendengar nasihat itu secara otomatis muncul di benak saya, bahwa petani itu adalah sebuah pekerjaan yang tidak layak. namun pada kenyataannya negara kita ini adalah negara agraris, negara yang sebagian besar penduduknya merupakan petani. kalau tidak ada petani siapa yang akan memberikan stok beras untuk kita makan?.
pikirkan apa yang akan terjadi jika semua orang menjadi pegawai. stok beras harus meminta bahkan nanti harus berhutang kepada negara lain, hanya untuk bahan pembuat tahu saja (tahu kasroh: tah*(i)).
so bagi para pemuda, jadi petani bukanlah sesuatu yang buruk. bahkan harus dipertahankan. apakah kita mau status negara kita sebagai negara agraris hilang?. mungkin uang adalah alasan utama munculnya kata-kata "jangan jadi petani".
Share This
Subscribe Here

Related Posts with Thumbnails

0 comments:

Post a Comment

 

My Important Note

Followers

My Social Network


My Experiment Copyright © 2009 and dont forget to visti my web